Sponsor

Info Desa

Dulu Dianggap 'Gila', Kini Petani Asal Lamongan Ini Sukses Bisnis Pepaya Calina


Lamongan terbukti kaya akan potensi pertanian. Kalau berbagai waktu yg lalu telah ada Sorgum yg nilai produksinya bahkan telah menyamai produksi nasional, ketika ini ada lagi komoditas pertanian yg juga sedang berkembang di Lamongan, yaitu berkebun pepaya Calina.

Salah seorang petani yg telah memetik yg akan terjadi dari berkebun pepaya Calina tersebut merupakan Abdul Qohar, warga Desa Candisari, Kecamatan Sambeng. Saat mengawali berkebun Pepaya Calina, Abdul Qohar bahkan disebut gila oleh warga desa lainnya.

Pasalnya, lahan pertanian di ujung selatan Lamongan yg populer kering ini, telah turun temurun hanya ditanami padi, tembakau serta jagung.


"Saat pertama menanam Pepaya Calina kurang lebih tiga tahun lalu, Saya dianggap gila. Namun waktu membuktikan, ketika ini ada sumber pendapatan baru di luar padi, tembakau serta jagung,"
Kegilaan Abdul Qohar ini membuahkan hasil. Kebun pepaya Calina yg dirintisnya kemudian ditiru oleh petani-petani lain sampai dapat membentuk kelompok tani khusus untuk pembudidayaan pepaya Calina ini.

"Banyaknya kebun Pepaya Calina yg sukses, membikin petani lain berminat membudidayakannya," ujarnya.
Dulu, terperinci Qohar, ketika awal membentuk Kelompok Tani Godong Ijo Sejahtera, mereka hanya mempunyai 32 anak buah dari Desa Candisari saja. Kini, anak buah kelompok tani yg mengelola pepaya Calina ini telah mencapai 112 orang-orang yg tersebar di 8 desa di Kecamatan Sambeng.

"Setidaknya, ketika ini petani mempunyai pemasukan setiap minggunya. Karena Pepaya Calina ini dapat dipanen dua kali dalam seminggu," tambahnya.

Bahkan, keuletan serta kegigihan kelompok petani pepaya Calina di lahan kering ini pun membuahkan yg akan terjadi manis. Apalagi semenjak para petani Candisari bermitra dengan distributor buah-buahan, jadi mereka tak butuh lagi memikirkan pemasarannya.

Omzet menjanjikan

Sementara Bupati Lamongan, Fadeli ketika mengunjungi hamparan perkebunan Pepaya Calina tak dapat menyembunyikan ketakjubannya dengan keuletan petani Lamongan. Kepada sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yg menyertai, Fadeli meminta mereka memasukkan perkebunan Pepaya Calina dalam Program Gemerlap.

"Keuletan serta inovasi semacam ini yg wajib semakin didorong serta mendapat perhatian pemerintah daerah. Nanti dapat dibuatkan koperasi, diberikan pelatihan, alias diberikan unit pengolah pupuk organik," pesan dia.

Sedangkan distributor buah-buahan yg menjalin mitra petani, Negeri Hijau melewati CEO Negeri Hijau, Imam Ma'arif mengatakan, dengan total kebun Pepaya Calina seluas 15 hektar di Kecamatan Sambeng, Lamongan telah menjadi produsen paling besar ketiga di Jawa Timur.

"Selain ke Lamongan, selagi ini Pepaya Calina dari Sambeng kami pasarkan sampai ke Tuban, Gresik serta Jakarta," jelasnya.
Pepaya Calina itu menurut dirinya sangat tepat untuk lahan kering semacam di Sambeng. Saat berumur 6 bulan 20 hari, Pepaya Calina telah dapat mulai dipanen serta akan semakin berbuntut sampai berumur tiga tahun kemudian. Karena Pepaya Calina dari Sambeng telah mempunyai merek dagang, kata Imam, mereka juga membina pemilik kebun untuk menjaga nilai buah supaya sama, walau ditanam di tanah yg berbeda.

Dalam areal seluas 1 hektar, dapat ditanam sampai 1.520 batang Pepaya Calina. Dalam setiap hektar, menurut Imam, petani dapat mendapat omzet Rp 18 juta pe rbulan. Itupun telah dihitung dengan adanya hal kegagalan.

"Jika hal kegagalan panen dapat ditekan, berbagai petani bahkan dapat meraup Rp 20 juta per bulan dari setiap hektar kebun Pepaya Calina," paparnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dulu Dianggap 'Gila', Kini Petani Asal Lamongan Ini Sukses Bisnis Pepaya Calina"

Post a Comment